SYARAT DITERIMANYA IBADAH:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
"Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah ia mengerjakan amal shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Rabbnya." (Al-Kahfi: 110)
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah menerangkan makna ayat yang mulia ini,
"Barangsiapa yang mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, yaitu pahala dan balasannya yang baik. Maka hendaklah dia beramal shalih, yaitu amalan yang sesuai syari'at Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Rabbnya, yaitu hendaklah (ikhlas) hanya mengharap wajah Allah saja tiada sekutu bagi-Nya. Dua perkara ini (amal sesuai syari'at dan ikhlas) merupakan dua rukun amal yang diterima, yaitu:
• Harus ikhlas karena Allah Ta'ala
• Sesuai syari'at Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam." (Tafsir Ibnu Katsir, 5/205)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
"Keduanya merupakan dua pokok terkumpulnya agama, yaitu:
• Kita tidak boleh beribadah kecuali kepada Allah Ta'ala
• Kita beribadah kepada-Nya dengan apa yang disyari'atkan oleh-Nya, tidak dengan bid'ah-bid'ah." (Iqtidho' Shirotil Mustaqim, hal. 451)
Fudhail bin Iyadh rahimahullah berkata,
•Sungguh amalan jika telah ikhlas tetapi tidak benar maka tidak diterima (oleh Allah ta'ala).
•Demikian sebaliknya, jika amalan tersebut telah benar tetapi tidak ikhlas juga tidak akan diterima (oleh Allah Ta'ala), sampai menjadi ikhlas dan benar.
-Sedang yang dimaksud ikhlas adalah yang dilakukan karena Allah Subhanahu wa Ta'ala.
-Dan yang dimaksud benar adalah jika dilakukan sesuai Sunnah (Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam) (Iqtidho' Shirothil Mustaqim, hal. 451-452)
Selengkapnya: http://fb.me/3ZOK0wGMm
Baarokallaahu fiykum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar