Sepenggal kisah dari Al-Azhar Cairo Seorang Syekh yang alim lagi berjalan-jalan santai bersama salah seorang di antara murid-muridnya di sebuah taman Di tengah-tengah asyik berjalan sambil bercerita, keduanya melihat sepasang sepatu yang sudah usang lagi lusuh Mereka berdua yakin kalau itu adalah sepatu milik pekerja kebun yang bertugas di sana, yang sebentar lagi akan segera menyelesaikan pekerjaannya. Sang murid melihat kepada syekhnya sambil berujar : "Bagaimana kalau kita candai tukang kebun ini dengan menyembunyikan sepatunya, kemudian kita bersembunyi di belakang pohon-pohon Nanti ketika dia datang untuk memakai sepatunya kembali, ia akan kehilangannya Kita lihat bagaimana dia kaget dan cemas!" Syekh yang alim dan bijak itu menjawab : "Ananda, tidak pantas kita menghibur diri dengan mengorbankan orang miskin Kamu kan seorang yang kaya, dan kamu bisa saja menambah kebahagiaan untuk dirinya. Sekarang kamu coba memasukkan beberapa lembar uang kertas ke dalam sepatunya, kemudian kamu saksikan bagaimana respon dari tukang kebun miskin itu". Setelah ia memutar pandangannya ke segala penjuru ia tidak melihat seorangpun.
Selanjutnya ia memasukkan uang itu ke dalam sakunya, lalu ia berlutut sambil melihat ke langit dan menangis. Dia berteriak
dengan suara tinggi, seolah-olah ia bicara kepada Allah Ar Rozzaq :
�"Aku bersyukur kepada-Mu wahai Robbku,, Wahai Yang Maha Tahu bahwa istriku lagi sakit dan anak-anakku lagi kelaparan.
Mereka belum mendapatkan makanan hari ini
Engkau telah menyelamatkan anak-anak dan istri & aku dari celaka".
Dia terus menangis dalam waktu cukup lama sambil memandangi
langit sebagai ungkapan rasa syukurnya atas karunia dari
Allah Yang Maha Pemurah
Sang murid sangat terharu dengan pemandangan yang ia lihat di balik persembunyiannya. Air matanya meleleh tanpa dapat ia bendung.
Ketika itu Syekh yang bijak tersebut memasukkan pelajaran
kepada muridnya :
Bukankah sekarang kamu merasakan kebahagiaan yang lebih dari pada kamu melakukan usulan pertama dengan menyembunyikan sepatu tukang kebun miskin itu?" Sang murid menjawab: "Aku sudah mendapatkan pelajaran yang tidak akan mungkin aku lupakan seumur hidupku Sekarang aku baru paham makna kalimat yang dulu belum aku pahami sepanjang hidupku : "Ketika kamu memberi kamu akan mendapatkan kebahagiaan yang lebih banyak dari pada kamu mengambil". Sang guru melanjutkan pelajarannya. Dan sekarang ketahuilah bahwa pemberian itu bermacam-macam : * Memaafkan kesalahan orang di saat mampu melakukan balas dendam adalah suatu pemberian. * Mendo'akan temanmu di belakangnya (tanpa sepengatahuannya) itu adalah suatu pemberian. * Berusaha berbaik sangka dan menghilangkan prasangka buruk darinya juga suatu pemberian. * Menahan diri dari membicarakan aib saudaramu di belakangnya adalah pemberian jg. * Ini semua adalah pemberian, supaya kesempatan memberi tidak dimonopoli oleh orang-orang kaya saja. Jadikanlah semua ini pelajaran, wahai Saudara2ku,,
Selanjutnya ia memasukkan uang itu ke dalam sakunya, lalu ia berlutut sambil melihat ke langit dan menangis. Dia berteriak
dengan suara tinggi, seolah-olah ia bicara kepada Allah Ar Rozzaq :
�"Aku bersyukur kepada-Mu wahai Robbku,, Wahai Yang Maha Tahu bahwa istriku lagi sakit dan anak-anakku lagi kelaparan.
Mereka belum mendapatkan makanan hari ini
Engkau telah menyelamatkan anak-anak dan istri & aku dari celaka".
Dia terus menangis dalam waktu cukup lama sambil memandangi
langit sebagai ungkapan rasa syukurnya atas karunia dari
Allah Yang Maha Pemurah
Sang murid sangat terharu dengan pemandangan yang ia lihat di balik persembunyiannya. Air matanya meleleh tanpa dapat ia bendung.
Ketika itu Syekh yang bijak tersebut memasukkan pelajaran
kepada muridnya :
Bukankah sekarang kamu merasakan kebahagiaan yang lebih dari pada kamu melakukan usulan pertama dengan menyembunyikan sepatu tukang kebun miskin itu?" Sang murid menjawab: "Aku sudah mendapatkan pelajaran yang tidak akan mungkin aku lupakan seumur hidupku Sekarang aku baru paham makna kalimat yang dulu belum aku pahami sepanjang hidupku : "Ketika kamu memberi kamu akan mendapatkan kebahagiaan yang lebih banyak dari pada kamu mengambil". Sang guru melanjutkan pelajarannya. Dan sekarang ketahuilah bahwa pemberian itu bermacam-macam : * Memaafkan kesalahan orang di saat mampu melakukan balas dendam adalah suatu pemberian. * Mendo'akan temanmu di belakangnya (tanpa sepengatahuannya) itu adalah suatu pemberian. * Berusaha berbaik sangka dan menghilangkan prasangka buruk darinya juga suatu pemberian. * Menahan diri dari membicarakan aib saudaramu di belakangnya adalah pemberian jg. * Ini semua adalah pemberian, supaya kesempatan memberi tidak dimonopoli oleh orang-orang kaya saja. Jadikanlah semua ini pelajaran, wahai Saudara2ku,,
Sent from Samsung Mobile
Tidak ada komentar:
Posting Komentar